TRANSAKSI DAGANG ANTARA MANUSIA DAN TUHAN

Moderators: Shana, Indonesian Moderator

Post Reply
Zahra Gabriel
Posts: 65
Joined: Tue May 18, 2021 1:35 am

Oleh: Shana

Sepanjang sejarah manusia telah memiliki sebuah hubungan/kesepakatan yang menarik dengan Tuhan.
Tuhan, jika aku memenuhi kewajiban-kewajibanku, apa yang Engkau akan lakukan untukku?
Pernahkan kamu memperhatikan bahwa kita telah diindoktrinasi untuk terus-menerus berdagang dengan Tuhan?
Selama aku berdoa, menghadiri kebaktian Minggu dan beramal, aku adalah orang yang baik. Jika aku mengurus tetanggaku, akankah Engkau mengurusku? Jika aku melakukan ini dan itu, pahala apa yang akan Kau berikan kepadaku? Jika aku menyebut namaMu, akankah Engkau memperlihatkan mukjizat kepadaku? Apakah kita kemudian sudah menjadikan Tuhan sebagai kotak checklist? Apakah kita sudah mulai bertransaksi dengan Tuhan?


Yang paling penting kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita telah tawar-menawar dengan Tuhan?


Kita hidup di dunia yang dijalankan dengan cara berdagang, apakah itu dengan manusia lain atau dengan keluarga, atau negara ke negara. Kita bahkan memperdagangkan kertas (uang) demi mendapatkan makanan.
Kapan terakhir kita tidak berpikir tentang apa yang kita dapatkan atas imbalan apa yang kita lakukan? Kapan terakhir kali kita tidak memperhitungkan tentang bagaimana Tuhan membalas atas apa yang kita perbuat? Kapan kita merasa bahwa sudah cukup Tuhan telah menyelamatkan kita?


Di bawah ini adalah cuplikan dari sebuah doa kepada Tuhan:

“Salam bagimu, wahai Hujjah Allah di muka bumiNya! Salam bagimu, wahai engkau mata Allah di antara ciptaanNya! Salam bagimu, wahai cahaya Allah yang kepada mereka yang diberi petunjuk adalah yang engkau telah beri petunjuk dan kaum beriman adalah mereka yang engkau beri kemudahan. Salam bagimu, wahai engkau yang beradab tinggi dan lelah! Salam bagimu, wahai “Wali” yang selalu memberikan nasehat yang tulus! Salam bagimu, wahai bahtera keselamatan! Salam bagimu, wahai mata air dan inti sari kehidupan! Salam ke atasmu. Rahmat Allah tercurah ke atasmu dan ke atas keluargamu yang suci dan penuh ketakwaan. Salam bagimu. Semoga Allah menggenapkan segera, sebelumnya, janji yang Ia buat denganmu – untuk memberikanmu kemenangan dan membuat perkara (mu) terlihat dengan jelas. Salam bagimu, aku adalah sahabat dan pengikutmu, sangat menyadari akan prioritas dan tujuan utamamu. Aku datang kepada Allah, Yang Maha Tinggi, melaluimu dan keluargamu. Aku menantikan kemunculanmu dan pengungkapan kebenaran yang berada di tanganmu. Aku berdoa kepada Allah untuk menyampaikan rahmat ke atas Muhammad dan anak-anak Muhammad, dan untuk menyediakan tempat bagiku di tengah-tengah mereka yang menantikan dan mengikutimu, yang patuh kepada semua perintahmu dan menolongmu melawan musuh-musuhmu, dan jadikanlah aku berada di tengah-tengah mereka yang menjadi syuhada diantara kedua tanganmu. Wahai Maula-ku dan Sang Sahabat Waktu! Berkat Allah tercurah ke atasmu dan keluargamu. Hari ini adalah hari Jumat, hari dimana engkau diharapkan untuk datang; Orang yang beriman akan terbebas dari rasa takut dan kesusahan ketika engkau tiba, dan dengan satu pukulan engkau akan menghentikan intrik-intrik orang-orang kafir. Aku, wahai Mawla-ku pada jam ini, mencari keramah-tamahan dan persahabatanmu. Engkau, wahai Mawla-ku, begitu baik dan murah hati, seorang putera sejati dari leluhur yang baik dan murah hati, selalu bersikap ramah dan bersahabat. Oleh karenanya sambutlah aku sengan hangat dan bersahabatlah denganku. Semoga berkat Allah tercurah ke atasmu dan keluargamu.”


Berapa kalikah kita telah memanggil Tuhan? Berapa kalikah kita telah meminta Tuhan untuk memperbolehkan kita menjadi orang-orang terdekatNya? Dan sekarang ketika kita memiliki kesempatan itu, apa yang kita akan lakukan?


Di bawah ini ada sesuatu yang aku baca yang membuatku merinding:


Mahdi keempat (as) berkata:
Jangan pernah berpikir bahwa keteguhan (hati) ketika berjalan di jalan ini adalah salah satu dari prestasi pribadimu karena Allah berkata kepada Mawla bagi seluruh umat manusia… (Dan kalau Kami tidak meneguhkan (hati)mu, Al-Isra:74) lalu bagaimana denganmu?!!
Ketika Tuhan memilihmu untuk berada di jalan yang Ia telah beri petunjuk, hal itu bukanlah karena kamu istimewa atau karena kepatuhanmu, melainkan sebentuk kasih sayang dariNya kepadamu, Dia dapat mengambilnya darimu setiap saat, maka janganlah menyombongkan perbuatan baikmu dan ibadahmu, dan jangan memandang rendah mereka yang sesat, jika bukan karena kasih sayang Allah kepadamu, kamu yang akan berada di tempatnya (kesesatan). Bacalah baik-baik (Dan kalau Kami tidak meneguhkan (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Al Isra:74)



Sungguh suatu karunia bagi kita untuk bahkan dipilih oleh Tuhan. Hal itu merupakan salah satu dari begitu banyak berkat Tuhan kepada kita yang kita tidak mungkin dapat membalasnya. Kita telah dibimbing melalui kasih sayang Allah, bukan karena kecakapan yang kita miliki.


Dan kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah yang akan kita lakukan dengan rahmat yang berupa petunjuk kepada kebenaran?
Apakah kita akan mengubahnya menjadi transaksi dagang atau apakah kita akan menunjukkan rasa syukur kita karena telah dianugerahi rahmat yang besar?
Post Reply

Return to “Kajian Keagamaan Eksoterik”