AGAMA BERKATA, KAMU DAPAT MENGUBAH REALITAS…

Moderators: Shana, Indonesian Moderator

Post Reply
Zahra Gabriel
Posts: 65
Joined: Tue May 18, 2021 1:35 am

Oleh: Fayrouz



Sepanjang perjalanan umat manusia menuju Tuhan terdapat satu topik berulang yang biasa terjadi di dalam ajaran-ajaran para Nabi (as), Rasul (as) dan Imam (as) di sepanjang zaman.
Ajaran tersebut sering terabaikan dan mungkin bahkan diremehkan walaupun – jika kita melihat dengan lebih dekat – dapat dianggap sebagai mukjizat itu sendiri.
Ajaran itu adalah “prasangka akan kebaikan”, berpikir positif dan kekuatan pikiran. Ketika kamu pertama kali mendengar kata-kata “berpikir baik” atau “berpikir positif”, kamu pasti berpikir bahwa hal itu sebagai nasehat yang baik, sebuah pola pikir yang kita seharusnya kita capai dan kita ikuti. Namun hanya sedikit orang yang berhenti sejenak untuk memikirkan mengenai apa yang sesungguhnya ada pada inti dari ajaran ini.



“Aku adalah sebagaimana hambaku berpikir mengenaiku. Jika ia berpikir baik tentangku, ia akan mendapatkannya (kebaikan). Jika ia berpikiran buruk mengenaiku, ia akan mendapatkannya (keburukan).” – hadith Qudsi

“Berprasangkalah yang baik dan kebaikanlah yang akan terwujud.” --- Imam Ali (as)

“Tidak ada keimanan yang disertai dengan ekspektasi yang buruk.” --- Imam Ali (as)

“Berprasangka buruk mencemarkan banyak perkara dan mendatangkan keburukan.” --- Imam Ali (as)

{Berharaplah akan kebaikan dan kamu akan mendapatkannya} --- Al Quran

“Apa yang kamu pikirkan (tentang dirimu), akan terjadi (sebagaimana yang kamu pikirkan). Apa yang kamu rasakan, kamu akan tertarik. Apa yang kamu bayangkan akan terwujud (sebagaimana bayanganmu).” --- Buddha

“Sebab, seperti orang yang selalu membuat perhitungan dalam hatinya, begitulah dia.” – Amsal 23:7

“Arjuna, […] Ia adalah sesuai dengan apa yang dipercayainya.” – Krishna, Bhagavad Gita

“Energi pikiran adalah intisari kehidupan.” – Aristoteles



Kutipan-kutipan di atas adalah hanya beberapa contoh dari ajaran-ajaran dari berbagai agama yang berbeda-beda yang kesemuanya merujuk kepada satu hal : kekuatan PIKIRAN.

Berabad-abad kemudian ilmu pengetahuan menemukan “Efek Pengamat (Observer Effect)”: Eksperimen di dalam Kuantum Mekanik contohnya “eksperiman celah ganda” telah menunjukkan bahwa pengamatan belaka atas sebuah fenomena tak pelak lagi akan mengubah fenomena itu, seberkas elektron dipengaruhi oleh tindakan pengamatan tersebut.

Penemuan ini mempertanyakan asumsi dasar di balik semua ilmu pengetahuan: bahwa terdapat dunia materi di luar sana, terlepas dari kita. Namun ternyata dunia materi ini adalah sebuah ilusi dan bagaimana dunia bersikap bergantung pada bagaimana kita memandangnya.

Pikirkanlah mengenai hal ini selama satu menit saja: Bertahun-tahun lalu para Nabi dan Rasul dan Imam yang hidup di bumi ini terus-menerus berusaha untuk membuat kita sadar akan kekuatan pikiran kita dan bagaimana pikiran atau ekspektasi dapat mempengaruhi atau mengubah apa yang kita anggap sebagai “realitas”, mereka sedang memberitahukan kita bahwa apabila kita (berpikir) positif, hal-hal positif akan terjadi, apabila kita (berpikiran) negatif, hal-hal negatif yang akan terjadi, tanpa benar-benar menerangkan mekanisme di baliknya.

Bertahun-tahun kemudian ilmu pengetahuan mulai menemukan pengetahuan ini dan membuktikannya sebagai kebenaran….

Betapa hebatnya sepotong nasehat dan ajaran yang “sederhana” ini. Pada kalimat pendek “berprasangka baik”, tersembunyi di dalamnya kebenaran bahwa semesta dapat tunduk kepada maksud atau prasangka (ekspektasi) manusia pada tingkat tertentu. Kelihatannya ketika kita menaruh prasangka akan sesuatu, kita menyebabkan energi kita mengalir masuk ke dalam dunia dan mempengaruhi system energi lainnya.

Penemuan ini menentang gagasan bahwa agama merupakan kemunduran dan metode ilmiah adalah yang memimpin kita kepada perkembangan dan kemajuan. Namun lihatlah bagaimana (pengetahuan) Hujjah Allah berada sekian tahun kemudian ke depan terus berupaya untuk memimpin umat manusia kepada kemajuan dan tingkat kesadaran yang lebih tinggi, dan kita baru mulai mengerti akan hal ini sekarang. Bukankah hal ini merupakan sebuah mukjizat itu sendiri?

Hal ini mengingatkanku akan apa yang kita pelajari di dalam permulaan Dawa, tentang bagaimana Imam Ahmed Al-Hassan (as), Al Qaim (as), akan datang dengan pengetahuan yang baru dan maju yang ilmu pengetahuan kemudian akan membuktikannya dan menegaskannya sebagai suatu kebenaran.
Post Reply

Return to “Kajian Keagamaan Eksoterik”